Hai,
aku sendirian di rumah malam ini. Aku hari ini pergi bersama rombongan
organisasi daerah tempat tinggal aku yang di satukan dalam satu nama oleh salah
satu inspirator mahasiswa. Tempatnya di hotel garuda citra medan. Waktu yang di
tetapkan begitu cepat namun acara yang terlaksana begitu lama, walau demikian
tidak mengurangi rasa antusias dan semangat para undangan dalam memeriahkan
acara tersebut. Aku terdiam, karena aku merasa asing dengan suasana nya. Banyak
yang tidak ku kenal, namun tawa dan canda mereka mampu membuat ku sedikit
berkicau.
Seharusnya
pada acara tersebut aku melantunkan ayat suci al-qur’an, namun aku minder dan
keminderan ku itu menjadi semakin ketika di bertitahu oleh salah satu teman ku
bahwa ada qori’ di tengah-tengah kita. Dan aku merasa belum pantas melantunkan
sebaik qari’ dan hal itu menjadikan ku mengalihkan dan mempersilahkan qari
tersebut untuk menggantikan posisiku dalam melantunkan ayat suci al-qur’an. Aku
berfikir kenapa harus aku yang maju jika yang lebih masih ada. Bagi ku itu
bukanlah suatu kebodohan namun hal itu merupakan penghormatan bagi yang lebih
bisa.
Seusai
acara, aku begitu bingung. Aku terdiam di dalam angkot tersebut dan aku
berfikir kemana aku akan pergi? Tidak ada teman sekelasku satu orang pun. Waktu
tetap berjalan hingga akhirnya aku memutuskan untuk sholat di masjid kampus
yang bertepatan sampai ke kampus sudah masuk waktu ashar. Aku pun sholat dan
menunggu antrian wudhu’ bersama mahasiswa baru karena pada hari ini merupakan
hari terakhir orientasi pengenalan akademik bagi mahasiswa/i baru.
Usai
sholat aku pun bingung kemana aku akan pergi, aku berjalan sendirian. Tidak ada
teman sekelas yang ku tampak satupun, Namun waktu berkata lain, aku berjumpa
dengan ketua himpunan jurusan dan teman sekelasku yang berkedudukan sebagai
kosma di kelas kami. Aku bercakap banyak dengannya, tak lama kemudian datang
abang kelas semester 9 menghampiriku, mereka berdua dan aku bercakap banyak
juga pada mereka berdua. Sampai tak teringat ku waktu.
Dan
pembahasan tentang judul skripsi pun terselip, pantes lah judul ku di tolak,
rupanya sudah ada yang pakai judul itu. Dan aku gak nyangka sama sekali aku
punya ide dan fikiran yang sama dengan abang kelas yang akan wisuda. Padahal
abang itu seorang wartawan dan penulis, mempunyai pemikiran yang luas dan
berkembang. Sedangkan aku hanya mahasiswa yang pasif tidak seaktif dia. Namun
aku berfikir bahwa judul skripsi haruslah yang masa kini dan yang sedang
diperdebatkan. Pemikiran itu juga sama dengan abang itu, aku bangga bisa mempunyai
pemikiran yang sama dengannya. Karena dia merupakan aktivis yang termahsyur dan
terkenal setiap tulisan-tulisannya yang berasal dari pemikirannya, namun yang
ku sedihkan aku tidak bisa membahas judul itu. Beberapa saran di berikannya
agar aku tetap membahas judul tersebut, dan cakrawala pemikiranku pun terbuka.
Aku akan tetap ajukan judul itu dengan versi yang berbeda.
Selain
itu dia menceritakan bagaimana sifat dan sikap lelaki sesungguhnya. Aku banyak
mendapatkan pelajaran dalam perbincanganku dengannya. Dan baru ku sadari bahwa
mereka memang orang yang hebat. Banyak pelajaran yang ku dapat hari ini. Dunia
itu tidak bisa di tebak dalam segala hal apapun. Kadang hati merasa sedih namun
waktu berputar dan memberikan kesenangan dan terkadang kesengan datang sekejap
kemudian waktu berputar dan mendatangkan kesedihan. Hal yang terpenting dalam
kehidupan adalah melakukan hal yang
menurut hati anda benar, karena hati yang berawal dari niat kebaikan takkan
mudah berpaling ke keburukan. Dan satu kata yang pantas “Apabila hati yang berkata maka logikapun kalah”
Hari
ini merupakan perbaikan awal dalam pertemanan dan kefokusan dalam dunia dan
akhirat.
Hari ini saya
mendapatkan 2 pelajaran dunia dan akhirat :
1. Dunia
: tenyata berteman dengan orang hebat, berbincang dengan orang hebat dapat
membuka pemikiran yang hebat pula. Manusia saling membutuhkan satu sama lain,
subhanallah, allah menciptakan yang seimbang di dunia ini, ada yang miskin dan
ada yang kaya, ada yang hebat dan ada yang biasa yang masing-masing mempunyai
peran dan fungsi untuk saling melengkapi satu dengan yang lain. Kata kunci : “Jagalah hubungan baik antar sesama manusia”
2. Akhirat
: aku harus bisa lebih baik lagi melantunkan ayat suci al-qur’an agar mampu
membaca nya dengan baik dan benar di depan public. Kata Kunci : “Jangan malu untuk tetap belajar dan menjadi
yang terbaik”
Hai,
hari ini cuaca begitu sangat mendung, aku tak tau bagaimana harus aku lakukan
lagi, berdiam diri bukan lah hal yang menyenangkan bagiku.
Sempat
terselip dalam kesendirianku, aku tak mampu menemukan yang mengisi hati sebagai
penyemangat dalam hari-hari ku. Apa yang terjadi denganku? Pertanyaan itu
sempat terbesit di hatiku. Namun, semua akan baik-baik saja fikirku santai.
Tapi santai dalam berfikir juga bukan tipe ku. Aku terlalu menggebu dalam hal
apapun, tanpa memikirkan hasilnya bagaimana. Yang ada di benakku hanya lah “yang penting sudah berusaha mencoba”.
Esok
sudah memasuki awal bulan, berbagai planning udah aku buat, target ku adalah mencari
dan menetapkan judul untuk skripsi ku, menurut ku itu sedikit terkendala akibat
penelitian yang ku targetkan di salah satu lembaga cabang medan. Aku tidak
tahu, mungkin saja tempat itu begitu asing bagi seorang mahasiswi yang pasif
seperti saya, tapi apa salahnya aku tetap mencoba, walau hati kadang merasa “mungkin aku gagal, mungkin aku tak mampu”
tapi semua itu aku hilangkan. Kenapa? Karena harus ada fakta yang menunjukkan
kalau aku gagal atau tidak, kalau aku mampu atau tidak. Kalau hanya sekedar
menuruti kepesimisan, mungkin tak akan ada langkah yang di ayunkan.
Stratifikasi dalam memnentukan hasil yang dicapai adalah mencoba, jika tidak
mencoba sampai kapan pun bahkan sampai dunia berakhir pun tak akan tahu
bagaimana hasilnya.
“ Planning-Konsep-Langkah-Hasil “
yang keempat itu merupakan construktif pemikiran.
Adzan
ashar telah berkumandang, hujan pun telah turun.aku tetap dalam kesedirianku di
dampingi notebook kesayanganku. Notebook ini merupakan nootebook kakak ku yang
berpindah tangan kepadaku. Seharusnya aku menikmati laptop yang dibelikan baru
oleh ayahku, namun laptop tersebut kakak ku yang mengambil alih, aku hanya
berdo’a semoga notebook ini mampu membantu ku dalam pengerjaan skripsi ku
nanti. Meskipun setiap hak yang ku dapat selalu beralih. Aku yakin saja semoga
allah mempunyai rencana yang paling indah untukku kelak,.
Aku
berdiam diri juga di kehampaan malam ini, ada satu pelajaran yang ku dapat kan
malam ini, awalnya aku ingin mencetak foto dengan menggunakan printer sendiri, aku
ingin mencoba apa aku bisa mencetak foto yang lebih baik, usai sholat isya aku
pun mulai beraksi. Semua nya ku persiapkan hingga akhirnya tercetakku satu
foto, namun gagal untuk yang kedua kalinya karena foto yang ku cetak begitu
gelap hasilnya. Dan aku ingin mencoba untuk ketiga kalinya, aku ingin tahu
dimana salahnya. Namun, fakta berkata lain, tinta warnapun habis. Aku sibuk
mengambil tinta suntiknya dan mengisi tinta tersebut, aku tidak tahu dimana
kesalahan sampai bertumpahan tinta, namun printer tetap tidak bisa mencetak,
aku ulang berkali-kali hingga akhirnya aku marah dan memukul printer tersebut,
hal itu juga tidak membuat printer bisa mencetak, aku hela nafasku dalam-dalam.
“Apa aku adukan ke ayah saja ya? kalau printernya rusak?” Fikirku. “ah, aku
coba aja lah sekali lagi, nanti aku di kira tidak bisa menjaga pemberian ayah” gumamku
lagi. Dan aku terus mencoba dan akhirnya gagal tidak bisa juga. Aku memutuskan
ngadu sama ayah akan hal ini. Mataku sudah berkaca-kaca, aku menangis. Seketika
itu pun mama ku menelpon, sambil sedikit tersedu aku adukan bahwa printernya
rusak. Aku mengadu sembari tangan kanan mengutik printer dan tangan kiri
memegang handphone. Belum usai aku bicara panjang lebar aku menemukan ide yang
belum aku coba dari tadi. Dan tenyata berhasil, printer nya bisa beroperasi
lagi.
Dan
langsung ku bilang sama mama bahwa printernya sudah bisa. Mama jadi menyuruh ku
cepat tidur. Aku bingung sama diri sendiri ini bukan pertama kalinya ide muncul
pada saat menangis. Kenapa harus menangis dulu.
Yaaa
benar pemikiran manusia itu mempunyai berbagai macam tipe, ada memunculkan ide
pada saat tenang, ada yang dapat memunculkan ide pada saat sepi, pada saat
ramai, dan aku pada saat menangis. Kira-kira ada gak ya? Yang dapat memunculkan
ide pada saat marah? I don’t Know...
So,
hanya kita yang tahu bagaimana diri kita sendiri, dan batas kemampuan diri kita
sendiri.
Mencoba
berkali-kali dan gagal itu adalah langkah awal seperti cerita saya di atas
tadi. Mengapa demikian? Kalau kita tidak mencoba maka kita tidak tahu dimana
letak kesalahan kita, bagaimana kita dapat mengoreksi diri sendiri jika
kesalahan tidak ada? Nah, Mencoba lalu gagal maka bangkitlah dan kembali
mencoba, yakin kalau gagal itu berdampingan dengan sukses. Begitu pula
kesalahan, harus berani salah untuk menemukan suatu kebenaran, disini yang
diharapkan adalah Tekad, Kemauan dan semangat.
Hidup
ku sangat menyedihkan jika ku ingat kembali, apa yang kurang dari diriku
sehingga segalanya terenggut perlahan, kadang sikap iri kurasakan ketika
melihat kakak ku dan kedua adik ku dengan leluasa melihat tanpa kacamata. Aku
seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana. Aku berbeda dengan
saudara-saudaraku. Aku berkacamata dengan minus tinggi. Dan aku lupa bagaimana
rasanya melihat tanpa menggunakan alat bantu ini. Terakhir kali aku tidak
merasakan kelas 3 di bangku sekolah dasar. Kenaikan kelas di bangku kelas 4
sekolah dasar aku merasakan hal yang berbeda terjadi pada pandanganku, apakah
itu gerangan? Aku bertanya dan hanya bisa menangis? Tak pernah terbesit
sedikitpun dalam fikiran ku kalau aku terkena miopi. Never!!.
Tapi
kenyataan berkata lain, aku berjuang dengan penglihatan yang sama sekali tak
tampak ke papan tulis. Berulang kali sudah ku adukan ke orang tua bahwa aku tak
tampak jarak jauh, namun orang tuaku tak pernah punya fikiran bahwa anaknya
terkena miopi. Setahun di kelas 4 berlalu, aku pun pindah sekolah ketika
kenaikan SD kelas 5. Aku dapat bangku paling belakang, keadaan ini membuat ku
begitu sedih, sedikitpun tak tampak ku apa yang di tulis guru di papan tulis.
Dan ironis nya aku di suruh membaca dari bangku paling belakang ke papan tulis.
Aku bingung, aku sedikit terdiam, kemudian bu guru terus mendesakku untuk
membaca. Spontan aku katakan “saya tidak nampak bu” bu guru mulai berjalan
menuju bangku ku, “coba maju sedikit” akupun maju. “tetap gak nampak bu”
jawabku sedih, namun teman sekelas ku tertawa. Ini kah ini yang ku sedihkan,
kuatkah aku menghadapi tawa mereka? Yaa aku kuat, aku bukan seorang yang lemah.
Namun air mata tak mampu tuk ku bendung lagi, mataku mulai berkaca-kaca. Namun
tak sempat aku menangis, karena ibu guru menyuruhku berdiri di depan papan
tulis dan membaca apa yang di tulisnya di papan tulis.
Dan
keesokan harinya aku di ajak oleh mama untuk periksa mata, rupanya ibu guru
sudah memberitahukan hal itu kepada orang tuaku dan betul mataku miopi minus
2,50 tuk pertama kalinya di periksa.
Dan
sekarang aku semester 7 kuliah di salah satu Universitas Islam Negeri di
Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah tepatnya di
Kota Medan, mataku sekarang berminus 7. Aku terkadang iri kepada seseorang yang
mampu melihat tanpa beban kacamata. Aku terkadang bingung apa hidup ku ini
bermanfaat atau tidak? Karena menurutku aku bernafas dari kecil hingga besar
hanya menghabis kan uang orang tuaku hingga berjuta-juta. Mungkin kalau ku
hitung dari dulu hingga sekarang, bermilyaran sudah ada untuk ku. Aku hanya
menyusahkan, aku tak tahu kapan aku mengetahui manfaat aku hidup di dunia ini.
Hingga
suatu hari seorang dosen bertanya pada ku “apa hidupmu bermanfaat di dunia in?”
dengan spontan aku menggelengkan kepala ku menyatakan bahwa aku tidak
bermanfaat. Tapi dosenku memukul meja dengan keras, dengan maksud menyalahkan
jawabanku. Ia mengatakan “setiap insan yang hidup di dunia ini pasti
bermanfaat” kata-kata dosenku itu selalu terngiang olehku. Dan mencari jawaban
kapan aku bermanfaat? Kapan? Dan hal itu belum terjawab hingga kini. Wallahu
a’lam.